Surabaya, yang kata mereka kota metropolitan, kota preman, kota yang penuh dengan hiruk pikuk para pekerja dan tempatnya para pencari kehidupan, lalu lalang jalan lebar nan besar, juga kota yang terkenal dengan grammar rusuhnya, sekilas kita melihat betapa tidak ramahnya kota ini, namun.. Ibarat nil yang menjadi oase bagi kota mesir, Ndresmo menjadi penyejuk bagi para perindu kehidupan yang damai di kota Surabaya, Ndresmo (dengan asal usul: Sing Nderes Kabehe Limo) lambat laut menjadi Sidoresmo, tersebut sekitar 22 pesantren dalam satu komplek Sidoresmo. Sidoresmo adalah pesantren tua yang terbilang unik, Sidoresmo hidup di antara watak-watak keras Surabaya, Sidoresmo ada di tempat yang tidak jauh dari persinggahan kupu-kupu cantik di malam hari, Sidoresmo pesantren yang masih kental dan teguh dalam mempertahankan adat-istiadat.
Di sekian banyak pesantren Sidoresmo, ada sebuah pesantren tahfidz al-Qur'an bernama "Raudlatu Hubbil Qur'an", atau lebih masyhur dengan RHQ, adalah sebuah pesantren salaf khusus untuk putri, didirikan oleh Ibu Nyai Hj. Mas Farochah Dimyati, beliau adalah orang yang teguh memperjuangkan Al-Qur'an, beliau adalah bunyai termuda di Sidoresmo, beliau memiliki santri yang beliau bimbing sendiri ketika beliau masih berumur 20an tahun, pesantren ini tidak seperti yang dibayangkan banyak orang tentang pesantren yang santrinya ribuan dan tempatnya luas, RHQ adalah pesantren kecil yang memuat sekitar 150 santri, santri-santrinya kebanyakan masih sanak saudara sendiri yang rumahnya dekat dengan pesantren, dan umumnya umurnya masih sangat belia, maka tidak heran jika acara Maulud Nabi yang diadakan setiap tahun selalu dibarengi dengan wisuda Qur'an bil Ghoib 30 juz dan juz 30 dengan wisudawati yang masih berumur 4-5 tahun untuk juz 30.
Di Pesantren RHQ kegiatannya hampir sama dengan pesantren-pesantren lain, aktivitas dimulai dari jam 3 pagi, para santri sudah harus siap untuk solat malam dan subuh, ba'da subuh ada wirid yang wajib dibaca oleh para santri, durasi membaca wirid kurang lebih 2 jam, bisa dibayangkan apa yang terjadi? Yang jelas mereka sepakat dengan satu kata "NGANTUK", ada yang kepalanya tiklak-tikluk menahan kantuk, ada yang mencari tempat strategis (biasanya di pojok bawah tangga) untuk siap-siap tidur, ada juga yang dengan cara cerdas membawa kopi hitam kental nan panas untuk melawan rasa kantuk, dan bunyai kami yang memimpin langsung wirid harian, beliau tidak pernah menggunakan cara kekerasan untuk menggembleng wirid, dengan kesabaran beliau dan sifat lembut beliau, para santri yang tertidur langsung dibangunkan oleh beliau sendiri dengan halus, santri yang dibangunkan bunyai langsung 'njingkat', dan inilah pemandangan-pemandangan unik yang paling ku tunggu, jadi beliau towaf dalam majlis wirid sambil nenteng tasbih dan mengawasi siapa saja santri yang tertidur, tidak jarang beliau melontarkan ucapan-ucapan bernada gurauan agar santri melek dan tidak ngantuk lagi, seperti "ojo ngowoh ae mbaak, delok an a iku iler e wes sak timbo" (terj: jangan memble aja mbak, liat tuh ilernya udah satu ember), setelah selesai acara wirid, jam setengah tujuh adalah waktu untuk setor hafalan al Qur'an, santri-santri yang akan masuk sekolah dipersilahkan untuk setoran hafalan lebih dahulu, bunyai tidak membatasi jumlah setor, minimal satu wajah Qur'an (satu kaca), maksimal terserah asalkan bertanggung jawab menjaganya, terutama lancar ketika muraja'ah atau takrir.. Dalam menerima setoran hafalan, bunyai jarang membadalkan setoran pada santri yang senior, meskipun toh disana sudah banyak santri yang sudah diwisuda bil ghoib 30 juz tapi belum boyong, beliau pernah berkata bahwa beliau ingin 'ngeramut' Qur'an santri-santrinya sendiri dari alif lam mim sampai minal jinnati wannas, karena itu nanti akan jadi nikmat tersendiri ketika santrinya hatam 30 juz, setoran dibadalkan baru ketika beliau sakit atau sedang haji atau umroh.
Di Pesantren RHQ kegiatannya hampir sama dengan pesantren-pesantren lain, aktivitas dimulai dari jam 3 pagi, para santri sudah harus siap untuk solat malam dan subuh, ba'da subuh ada wirid yang wajib dibaca oleh para santri, durasi membaca wirid kurang lebih 2 jam, bisa dibayangkan apa yang terjadi? Yang jelas mereka sepakat dengan satu kata "NGANTUK", ada yang kepalanya tiklak-tikluk menahan kantuk, ada yang mencari tempat strategis (biasanya di pojok bawah tangga) untuk siap-siap tidur, ada juga yang dengan cara cerdas membawa kopi hitam kental nan panas untuk melawan rasa kantuk, dan bunyai kami yang memimpin langsung wirid harian, beliau tidak pernah menggunakan cara kekerasan untuk menggembleng wirid, dengan kesabaran beliau dan sifat lembut beliau, para santri yang tertidur langsung dibangunkan oleh beliau sendiri dengan halus, santri yang dibangunkan bunyai langsung 'njingkat', dan inilah pemandangan-pemandangan unik yang paling ku tunggu, jadi beliau towaf dalam majlis wirid sambil nenteng tasbih dan mengawasi siapa saja santri yang tertidur, tidak jarang beliau melontarkan ucapan-ucapan bernada gurauan agar santri melek dan tidak ngantuk lagi, seperti "ojo ngowoh ae mbaak, delok an a iku iler e wes sak timbo" (terj: jangan memble aja mbak, liat tuh ilernya udah satu ember), setelah selesai acara wirid, jam setengah tujuh adalah waktu untuk setor hafalan al Qur'an, santri-santri yang akan masuk sekolah dipersilahkan untuk setoran hafalan lebih dahulu, bunyai tidak membatasi jumlah setor, minimal satu wajah Qur'an (satu kaca), maksimal terserah asalkan bertanggung jawab menjaganya, terutama lancar ketika muraja'ah atau takrir.. Dalam menerima setoran hafalan, bunyai jarang membadalkan setoran pada santri yang senior, meskipun toh disana sudah banyak santri yang sudah diwisuda bil ghoib 30 juz tapi belum boyong, beliau pernah berkata bahwa beliau ingin 'ngeramut' Qur'an santri-santrinya sendiri dari alif lam mim sampai minal jinnati wannas, karena itu nanti akan jadi nikmat tersendiri ketika santrinya hatam 30 juz, setoran dibadalkan baru ketika beliau sakit atau sedang haji atau umroh.
Entahlah, tiap menceritakan sosok beliau rasanya air mata tak mau berhenti, jadi cengeng gini, ini pengalamanku ketika down hafalan, tidak seperti dulu waktu awal-awal menghafal yang begitu semangat sekali, berawal dari pertama kali masuk perguruan tinggi, aku ngambeg setengah mati karna otakku jadi bebel dan tidak cerdas, lama sekali menghafal, sekitar 6 bulan aku berhenti setoran hafalan, padahal saat itu sudah dapat 14 juz kurun waktu satu tahun, disamping tugas kuliah yang menumpuk, didukung dengan suasana kampus yang membuatku berbalik dari jiwa salafku, yah.. aku ingin bebas, tidak dikurung terus, dari kecil sampe segede ini, aku merasa sudah dewasa dan tidak ingin dipaksa, aku ingin hidup normal seperti anak-anak remaja pada umumnya, aku ingin rea-reo sama temen-temen kampus, ngemall kek, nonton kek, atau sekedar kumpul bareng teman-teman di organisasi, ditambah juga dengan penyesalan-penyesalan karna sejak lulus sekolah dasar orang tua memaksa agar aku menghafalkan Qur'an, dan baru ku setujui ketika aliyah, hingga masuk kampus, alibi yang berakar di benakku adalah, "tidak mungkin kuliah nyambi hafalan qur'an, itu berat men!", karena memasuki dunia kampus, maka jadilah aku seorang pengecut yang mengkambinghitamkan kuliah untuk kemalasanku menghafal, orang tuaku tidak tau kalau anaknya semalas ini, yang mereka tau, anaknya sedang kuliah dan menghafal di pondok, bunyaipun juga tidak menghubungi orang tuaku tentang masalah ini, juga cenderung menutupi aibku kalau orang tuaku sambang di pondok, padahal aku berharap, kelakuanku ini nanti dilaporkan orang tua dan aku dikeluarkan dari pondok ini, tapi kelihatannya susah keluar dari pondok ini, jangankan anak malas tetap dipelihara, lha wong santri yang benar-benar su'ul adab ketahuan mencuri uang dan emasnya bunyai saja masih dimaafkan dan kita para santri diminta untuk tetap baik padanya, padahal kita-kita santri yang ngerasa lumayan baik melihat kelakuannya pada bunyai rasanya pengen menghajar habis dia, geleng-geleng, benar jika pesantren adalah "bengkel jiwa", tidak seraya membuang yang rusak, tapi diperbaiki dengan penuh kesabaran, di tengah kesantaianku merasakan kemalasanku, bunyai sama sekali tidak memarahiku, meskipun ketika di pesantren bunyai sering sekali menegurku "kenapa gak setor?", "kok kuliahnya lama?", "kok gak pernah nderes?", aku selalu banyak alasan untuk menghindari setoran, ya sampai 6 bulan itu kulampiaskan hasratku untuk bersenang-senang dengan temen-temen di kampus, berangkat pagi pulang sore dan langsung mengerjakan tugas kuliah atau pura-pura mengerjakan tugas kuliah
Suatu waktu bunyai jatuh sakit, sakit keras, sudah berobat kemanapun tidak kunjung sembuh, sudah berminggu-minggu beliau sakit, waktu aku pulang kuliah banyak orang berkumpul di pondok dan menangis, aku kaget gak karu-karuan, apa yang terjadi? Bunyai? Jangan-jangan? Seorang temen memberitahuku kalau aku dipanggil bunyai, Alhamdulillah bunyai masih ada batinku, ketika aku menghadap bunyai tiba-tiba air mata ini meleleh mengintip bunyai terlihat lemah, aku duduk di depan pintu kamar dengan sesenggukan, bunyai bertanya dari bilik kamar "siapa itu? Mbak Uswah ya?", "Iya bunyai", dengan air mata yang mengalir, aku masuk kamar bunyai, bunyai tidak banyak bicara, hanya langsung berpesan kepadaku "mbak, hafalan Qur'annya diteruskan ya, mumpung bunyai masih hidup, terserah kamu pulang kuliah jam berapa saja aku tunggu, meskipun jam 12 malam ketuk kamarku pasti aku terima setoran hafalannya", mak blarrr jantungku rasanya copot, atiku deg-degan, air mata melimpah ruah, teringat dosa-dosa yang sudah kuperbuat selama ini, sungkem langsung pada bunyai, memohon maaf, kuciumi tangan beliau dengan penuh ta'dzim, spechless aku tak mampu berkata apapun, bahkan untuk mengiyakan pesan beliau, sejak saat itu aku bertekad untuk meneruskan hafalan, meskipun mengulang lagi dari awal untuk memperbaiki bacaanku yang tidak sempurna dan kurang lancar, untuk sementara aku tinggalkan gemerlap dunia kampus, setelah kuliah selesai aku langsung pulang, atau kalau tidak ada dosen, maka aku sempatkan nderes di masjid untuk persiapan setoran di pondok, apalagi liburan semester kuliah relatif lama, 3 bulan, bisa kumanfaatkan dengan sebaik-baiknya, bunyai sangat setia nyemak hafalanku, aku setoran sehari 3 kali, bahkan bunyai menepati janjinya, bunyai nyemak setoran hafalanku hingga malam sekali, pernah sampai jam 12 malam, orang tuaku yang melihat perkembanganku terlihat senang sekali, waktu orang tuaku sambang, bunyai banyak bercerita tentang atensiku pada hafalan dan juga prestasiku di madrasah diniyah, hari demi hari dilalui, taun kulewati, sampai akhirnya aku hatam al-Qur'an, waktu itu orang tuaku meminta agar segera mewisudaku, tapi bunyai menolak dengan halus, bunyai meminta orang tuaku agar aku nambah satu tahun lagi di pondok biar lebih lancar, karna nanti santri yang diwisuda harus ‘dipajang’ di atas panggung dan disemak orang kampung bacaannya sebelum diwisuda, dan aku butuh persiapan untuk itu, akhirnya orang tuaku menyetujui, setahun kemudian aku diwisuda tepat kuliah semester 5, berarti aku menghafalkan dalam kurun waktu 5 tahun. Aku juga ingin berbagi kepada semuanya, bahwa kuliah sambi menghafalkan al-Qur'an itu BISA, tidak pandang umur, asal ada niat yang teguh, pantang menyerah dan kesabaran ekstra. Tentunya aku wisudawati tertua, karna yang ikut diwisuda denganku masih kelas 3 SMP, dan anak-anak aliyah yang prestasinya tak kalah gemilang dan suaranya merontokkan hati pendengarnya.. Alhamdulillah bunyai menyaksikan wisudaku dan sampai sekarang beliau sehat wal afiyat, senantiasa sanggup untuk menerima setoran para santri maupun muroja’ah alumni-alumni yang sudah diwisuda bil ghoib.
Suatu waktu bunyai jatuh sakit, sakit keras, sudah berobat kemanapun tidak kunjung sembuh, sudah berminggu-minggu beliau sakit, waktu aku pulang kuliah banyak orang berkumpul di pondok dan menangis, aku kaget gak karu-karuan, apa yang terjadi? Bunyai? Jangan-jangan? Seorang temen memberitahuku kalau aku dipanggil bunyai, Alhamdulillah bunyai masih ada batinku, ketika aku menghadap bunyai tiba-tiba air mata ini meleleh mengintip bunyai terlihat lemah, aku duduk di depan pintu kamar dengan sesenggukan, bunyai bertanya dari bilik kamar "siapa itu? Mbak Uswah ya?", "Iya bunyai", dengan air mata yang mengalir, aku masuk kamar bunyai, bunyai tidak banyak bicara, hanya langsung berpesan kepadaku "mbak, hafalan Qur'annya diteruskan ya, mumpung bunyai masih hidup, terserah kamu pulang kuliah jam berapa saja aku tunggu, meskipun jam 12 malam ketuk kamarku pasti aku terima setoran hafalannya", mak blarrr jantungku rasanya copot, atiku deg-degan, air mata melimpah ruah, teringat dosa-dosa yang sudah kuperbuat selama ini, sungkem langsung pada bunyai, memohon maaf, kuciumi tangan beliau dengan penuh ta'dzim, spechless aku tak mampu berkata apapun, bahkan untuk mengiyakan pesan beliau, sejak saat itu aku bertekad untuk meneruskan hafalan, meskipun mengulang lagi dari awal untuk memperbaiki bacaanku yang tidak sempurna dan kurang lancar, untuk sementara aku tinggalkan gemerlap dunia kampus, setelah kuliah selesai aku langsung pulang, atau kalau tidak ada dosen, maka aku sempatkan nderes di masjid untuk persiapan setoran di pondok, apalagi liburan semester kuliah relatif lama, 3 bulan, bisa kumanfaatkan dengan sebaik-baiknya, bunyai sangat setia nyemak hafalanku, aku setoran sehari 3 kali, bahkan bunyai menepati janjinya, bunyai nyemak setoran hafalanku hingga malam sekali, pernah sampai jam 12 malam, orang tuaku yang melihat perkembanganku terlihat senang sekali, waktu orang tuaku sambang, bunyai banyak bercerita tentang atensiku pada hafalan dan juga prestasiku di madrasah diniyah, hari demi hari dilalui, taun kulewati, sampai akhirnya aku hatam al-Qur'an, waktu itu orang tuaku meminta agar segera mewisudaku, tapi bunyai menolak dengan halus, bunyai meminta orang tuaku agar aku nambah satu tahun lagi di pondok biar lebih lancar, karna nanti santri yang diwisuda harus ‘dipajang’ di atas panggung dan disemak orang kampung bacaannya sebelum diwisuda, dan aku butuh persiapan untuk itu, akhirnya orang tuaku menyetujui, setahun kemudian aku diwisuda tepat kuliah semester 5, berarti aku menghafalkan dalam kurun waktu 5 tahun. Aku juga ingin berbagi kepada semuanya, bahwa kuliah sambi menghafalkan al-Qur'an itu BISA, tidak pandang umur, asal ada niat yang teguh, pantang menyerah dan kesabaran ekstra. Tentunya aku wisudawati tertua, karna yang ikut diwisuda denganku masih kelas 3 SMP, dan anak-anak aliyah yang prestasinya tak kalah gemilang dan suaranya merontokkan hati pendengarnya.. Alhamdulillah bunyai menyaksikan wisudaku dan sampai sekarang beliau sehat wal afiyat, senantiasa sanggup untuk menerima setoran para santri maupun muroja’ah alumni-alumni yang sudah diwisuda bil ghoib.
Tidak hanya bergelut pada Al-Qur'an, di RHQ juga ada pengajian kitab kuning, pengajian kitab kuning diajarkan langsung oleh Pak Kyai, Pak Kyai mengajarkan kitab-kitab tafsir dan fiqh, sedangkan ustadz ustadzah mengajarkan ilmu alat, akhlak, fiqh, hadis, tarikh, tajwid juga qiro'ah, tak ketinggalan madrasah diniyah tiap ba'da magrib sampai jam 8 malam, disamping ada berbagai kegiatan seperti MHQ dan MSQ bulanan, khitobah dan hataman tiap minggu, teater dan lain-lain..
Mungkin, jika bukan karena riyadoh dzahir batin Bunyai dan Pak Kyai, maka kami para santri tidak akan menjadi santri-santri yang berhasil, didikan beliau yang penuh kasih sayang mengantarkan kami meraih cita-cita, Bunyai dan Pak Kyai mengajarkan kami akhlak, untuk lebih ta'dzim pada para guru dan orang tua, juga menyayangi adik-adik yang lebih muda, di tempat itu kini cahaya Qur'an masih tetap bersinar, dengan semangat mencari ilmu minal mahdi ilal lahdi, anak-anak sampai orang tua senantiasa meramaikan tempat itu, di tempat yang kecil, namun barakah, tidak berlebihan kiranya jika Pesantren itu diberi nama "Raudlatu Hubbil Qur'an".
Bunyaiku, Kyaiku, Ustadz dan Ustadzahku, terima kasih untuk segala ilmu dan waktu panjenengan, semoga Allah meridloi keikhlasan panjenengan semua dalam membimbing kami ke jalan cinta, panjenengan semua telah mengajarkan kami arti kasih sayang, sehingga kami ridlo islam menjadi agama kami, dan Al-Qur'an yang dibawa Kanjeng Nabi Muhammad menjadi panutan kami.. Allah, rahmati kami dengan al-Qur'an,jadikan ia pimpinan, cahaya, petunjuk dan rahmat, Allah ingatkan kami apa yang terlupa, ajarkanlah yang tak diketahui, rizkikan kami membacanya siang dan malam sepanjang siang dan malam, jadikan ia penolong kami, Wahai Tuhan Semesta Alam..
waduh, pengen juga ikut tahfidz, tapi... Astaghfirullah...
BalasHapusteman aliyah banyak juga dari Sidosermo, kalo mlam ngopi juga sering kesana :D
lah monggo nuuw...
Hapushowalah ternyata dunia itu bener2 sempit ya..
dunia mayapun juga sempit..
ayoh mas dimas kapan ngopi di sidoresmo lagi? :D
nunggu ada undangan mampir lagi,
Hapuskumpul2 sambil ngopi :D
hahahaaaa... Looh punya temen2 di sidoresmo kan... apa jangan2 yang sering nongkrong di warung giras deket pondok itu yah? heg :D
Hapuskeren nih.. semoga berhasil..
BalasHapuskalau sempat ikut ah... hehe
blogwalking malemmalem
Amiiiin.. Hehee.. Terima kasih :)
HapusSilahkan berpartisipasi, eh bener kan ini nulisnya? par ti si pa si :)
Ditunggu tulisannya
kali ini ane gak bisa guyon! setiap larik tulisan disini, bikin kaca di mata ane. paragraf demi paragraf, bikin kaca itu pecah berkeping-keping. tapi ane kan lanang, masa' terharu sih? kalo gak mirip dengan kehidupan ane di masa silam, pasti ane gak bakal gini.
BalasHapusbolos waktu muzaro'ah, nonton bola di luar waktu mujahadah malem, ngutang setoran tahfid, ngutang rokok di warung depan, perang antar suku, dll. yg gk mungkin ane sebutin satu2 di kotak komen ini.
akhirulkalam! dpt ane tebak knp mata ane berkaca-kaca. ternyata ane dah ngantuk! hehehe... tapi alhamdulillah, ya., ane baca tulisan ini ampe khatam, dan komen dengan lanyah!
sukses buat GA nya, ty!
wassalam...
Gaaa pernah seriuuuuus T.T
BalasHapusHwaaa... Ternyata punya temen bandel, senengnyaaa.. :p
Hehe, filosofi nahwu santri memang bukan hanya nasob: dituntut utk tegak prinsip mengabdinya, rofa': mengangkat derajatnya dgn ilmu, jazem: tetap pendirian dlm kebaikan, namun juga terkadang JAR yang beralamat asli KASROH artinya pecah, hatinya sering korat-karit dan tidak istiqomah..
Terima kasih ya :) sukses juga buat mas eksis :)
Oops.. Ralat, namanya siapa sih, kok tadi tak tulis eksis,, hihi.. Ini juga uda ngantuk sii.. Yg bener, EKSAK :)
BalasHapusmasyaAllah..
BalasHapustulisan ini membuat saya bergetar
sungguh Subhanallah sekali mbak uswah~
hati saya jadi luar biasa berawan...
barakallahu fiik atas wisudanya~
----------------
sudah terdaftar
terima kasih atas partisipasinya ya mbak uswah :)
Alhamdulillah.. Senang sekali bisa terdaftar, wa enti kadzalik mbak maya...
HapusTerima kasih sekali :)
mataku berkaca2 membaca ceritamu sob, aku hampir gak bs berkomentar apa2.
BalasHapussemoga menang ya... (^_^)b
aku dah folbeck tuh
terima kasih sobat ^_^
Hapusterima kasih folbek dan doanya...
doa yang sama dariku buatmu ^_~
assalamualaikum..salam kenal mbak uswah, sungguh cerita ini telah membuatku mengingat 8 tahun silam ketika aku masih mondok disebuah pesantren,,menjaga hafalan itu sangatlah susah,lebih mudah menghafal dari wal dari pada menjaga..smoga hafalan tetap utuh ya mbak..karena aku saya juga merasakan dimana harus membagi anatara kuliah dan hafalan...kalau boleh tau s2 di mana dan jur apa ???smoga sukses ya mba cepat wisuda, tetap semngat walaupun mengerjakan tesis itu menjenuhkan....sukses untuk give away nya..insyaallah bu nyai bisa tersenyum disana melihat mba berhasil :)
BalasHapuswaalaikumsalam..
Hapusterima kasih mbak meutia mau berkunjung di gubuk mayaku ^_^
senang sekali bisa berkenalan dengan mbak yang masya Allah luar biasa, bisa jadi inspirasi saya juga..
sayya kuliah s1 di iain sunan ampel surabaya, s2 juga di iain supel sby, mengambil hukum islam,, linier dengan s1_nya..
terima kasih mba ya doa dan motivasinya ^_^
sukses juga buat mba...
absen setoran, mbak! ternyata dah kedaptar karyanya...
BalasHapussebenarnya ane mw bilang, "kok belum didaptarin tulisan ini?"
karna dah dikonpirm ma panitianya jadi ane bilang, "moga sukses GA nya ya, mbak!" hehehe...
eksis bilang, "kalo mw awet pulsa, bukan begitu caranya!"
kalo eksak bilang, "ismi eksak, mbak! laa eksis!" hahaha...
iyya pagi tadi kedaftarnya.. cqiqiqiqi
Hapusterima kasih lho mas eksak..
itu kan ax*i T.T
tetep eksis yah mas eksak.. hik7x mangap2.. kemaren salah ketik :D
sukses dapetin GA-nya, Ka :D
BalasHapusTerima kasih ya, kunjungan dan spiritnya :) sukses juga buat mas :)
Hapussemoga beruntuyng, Kaaa :D
HapusHhihihiiiii...
salam kenal dari tetangga sebelah ~
Amiiin... Syukron7x :D
HapusHoo? Tetangga sebelah -,- hehee ^_^
sukses mbak yaa^^
BalasHapusthnx ^_^
Hapusalhamdullillah mbak..nama sampean cocok dengan apa yang anda lakukan.
BalasHapussalam ta'dzim sy buatpenghafal quran, dari kluarga ndalem
alhamdullillah mbak..nama sampean cocok dengan apa yang anda lakukan.
BalasHapussalam ta'dzim sy buatpenghafal quran, dari kluarga ndalem
alhamdullillah mbak..nama sampean cocok dengan apa yang anda lakukan.
BalasHapussalam ta'dzim sy buatpenghafal quran, dari kluarga ndalem
Bundaaaa aku terharuuuu♡♡♡♡
BalasHapusuntuk alamat simodermo itu dimana yaak ???
BalasHapus