Di tempatku yang baru, demi pengabdianku kepada Alm. Abah
Syam yang juga menepati janji abah untuk mengurus pesantren, kusalurkan sedikit
ilmuku .. Di persinggahanku untuk istirahat, di kamar yang luas, lengkap dengan
kebutuhan pokok (dispenser plus kopi dan modem internet), makanan yang terjamin
kehalalan dan kesehatannya, anak-anak yang ceria, dan letaknya yang strategis
di dekat makam Sunan Ampel (bisa sering-sering melakukan perbuatan bid’ah :D)
membuatku merasa sangat nyaman dan betah disini.. disamping cuaca panasnya
Surabaya yang menyenangkan juga jam meng(h)ajar yang tidak memforsir tenaga dan
waktu bisa lebih memanjakan tubuh untuk banyak beristirahat dan bertafakkur
(baca: ngelamun)..
Aaah mendapat perlakuan istimewa kembali dari Tuhan, dan
beginilah pekerjaanku keseharian, ngopi dan ngenet :p seperti biasa, pagi ini
setelah ritual komat-kamit membaca mantra pengusir setan bersama anak-anak, aku
langsung masuk kamar, bikin segelas kopi
dan ngadep leptop, dan aku selalu lupa kalo aku belum mandi karena emang gak
masuk ritual wajib :p bukalah yang namanya fa ce bo ok, seperti biasa ada tanda
merah di bagian notifikasi, kubuka pemberitahuan itu, ternyata ada kiriman
dinding dari anak-anak pacet, tempatku dulu bekerja sebagai tukang sapu, isinya
bikin terharu semua, mbrebes mili dan perasaan lainnya yang semburat seketika
kubaca, harus kuakui, sangat luar biasa sekali ikatan perasaanku dengan
anak-anak yang mulai beranjak dewasa itu, sebab.. aku tidak hanya berperan
sebagai tukang sapu, tapi adakalanya aku menjadi ibu, kakak, teman, sahabat,
bahkan adik mereka, kami saling mensuport, saling transfer ilmu, bagi-bagi
pengalaman, dan bercanda... aku merasakan menjadi ibu ketika aku ikhlas
memaafkan setelah mereka menyakitiku juga karena panggilan mereka yang spesial
untukku “BUNDA”, aku merasakan menjadi kakak ketika aku bisa memberikan solusi
untuk masalah mereka, aku merasakan menjadi teman ketika nderes bareng,
merasakan menjadi sahabat ketika ngopi bareng, dan merasakan menjadi adik,
ketika mereka merawatku waktu aku sakit dan menguatkanku ketika diterpa badai
uji dan fitnah.. Sangat berbeda sekali dengan keadaan anak-anak disini, ya
kuakui ‘ngeramut anak e wong’ memang susah, apalagi disini mayoritas
anak-anak yang keras kehidupannya, juga
wataknya, harus mulai dari nol untuk pertama: akhlak, lalu transfer ilmu dan
memperbaiki pemikiran keras mereka (rekonstruksi ulang :D), yang tidak boleh
ketinggalan lagi adalah memperbaiki lahjah arabi mereka ketika membaca
al-Qur’an, karena sepertinya kebanyakan memberdayakan vokal ‘e’ ketika membaca
huruf yang bersyakal fathah :D subata jadi subate, mihada jadi mihade, libasa
jadi libase, dan seterusnya :D aduh-aduh, padahal vokal ‘e’ dalam al-Qur’an
cuma ketika ada bacaan imalah dan sebagian dari qiro’ah sab’ah yang sudah
disepakati :D hihihihi.. susahnya, kalo dikasih tau mereka malah ngeyel dan
menyangka uda bener banget T.T hehe
kembali lagi pada prinsip, gak boleh menyerah, inget janji pada abah T.T
Dulu, aku sempat merenung, ah,. Akankah aku menemukan
anak-anak yang sudah seperti anakku sendiri selain di pacet ini? Jujur mereka adalah anugrah buatku.. Mereka yang
sangat kucinta dan kusayangi, kini aku harus meninggalkan mereka, digantikan
lagi oleh anak-anak di tempatku sekarang ini yang harus siap digenggam hatinya,
semoga aku bisa dan mampu untuk membimbing anak-anak ini T.T di antara wall
kiriman anak-anak pacet mereka memberi kabar tentang liburan semester di sana,
dan rencananyaaa... kita mau nonton n ngopi bareeeeng,,, senengnyaaaa....
akhirnya aku bisa ketemu mereka lagi, kali ini aku menjadi teman dan sahabat
mereka, seorang teman dan sahabat yang dipanggil Ibunda.. oia aku lupa, di
pesantren yang sekarang kutempati, aku dipanggil ‘kakak’, hehehehe.. keliatan
lebih muda yah, alhamdulillaah :D
coba tebak, mana tukang sapu mana anak-anak? :D
ahihi...mbaaak...yang tengah kan krudung hitaam???
BalasHapus