Hehehe... kali ini agak serius sedikit nulisnya... Sebenarnya siapa sih yang paling berhak bicara tentang akhlak, orang tua atau guru atau masyarakat atau norma? dan lagi akhlak itu apa sih? Yayaya, mungkin uraian ini bisa menjawab tentunya dalam perspektif islam...
Akhlaq tidak boleh terlepas hubungannya dengan aqidah dan ibadah. Semua tujuan manusia di dunia selain mencari pahala dari Allah tentunya adalah untuk beribadah dan membentuk Akhlaq. Contohnya adalah shalat. Tujuan shalat adalah untuk mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Kalau orang terus melakukan shalat sementara tidak lepas dari perbuatan keji dan mungkar, sama seperti pedagang yang terus berdagang tetapi tidak mendapatkan keuntungan sesuai tujuan (tidak mencapai tujuan). Begitupun dengan puasa, zakat haji dan ibadah-ibadah yang lainnya. Jadi, semua aktivitas yang bernilai ibadah harus ada unsur akhlaq dari setiap aktivitas ibadah yang dilakukan oleh manusia itu.
Indikasi benar-tidaknya aqidah seseorang adalah dilihat dari kulitnya (akhlaqnya) . kulit atau tampilan luar adalah akhlaq. Kalau kulitnya (akhlaqnya) tidak baik maka itu pertanda isinya (aqidahnya) tidak baik. Datang seorang wanita kepada Rasulullah, dia mengatakan pada Rasul bahwa dia punya teman seorang perempuan yang shalatnya hebat, puasanya kuat, tapi kekurangannya ya adalah apabila mulutnya terbuka, maka akan lebih ganas dibanding harimau. Ketika mulutnya terbuka selalu ada yang disakiti, menyinggung dan menyakiti perasaan orang. Kesimpulan yang diungkapkan oleh Rasulullah adalah hubungannya antara akhlaq dengan ibadah. Kesimpulan itu adalah “dia di dalam api neraka”. Ini artinya, kalau akhlaqnya tidak benar, maka tidak ada artinya ibadah seorang perempuan tersebut, karena ibadah yang benar akan melahirkan akhlaq yang benar.
Di dalam Islam, akhlaq tidak boleh dilepaskan dari aqidah dan Ibadah. Kalau kita ambil contoh buah, tentu buah ada bijinya, dan biji itulah inti, inti itulah yang disebut aqidah, dimana segala asal yang terjadi didalam kehidupan seorang muslim adalah karena aqidah (karena beriman kepada Allah). Aqidah hanya akan menjadi omong kosong jika tidak diikuti dengan ibadah sehingga jika ada 0rang mengakui iman sementara tidak ibadah, maka iman orang itu akan dikalahkan oleh syetan, karena masalahnya bukan hanya sekedar mengakui adanya Allah, karena syetan pun mengakui adanya Allah. Syetan mengakuinya bahwa dia diciptakan oleh Allah dari api, itu artinya syetan mengakui bahwa yang menciptakan dia adalah Allah. Maka intinya aqidah diproses oleh ibadah. Jika kita mengakui beriman, cinta kepada Allah, cinta kepada rasul sementara tidak mau beribadah, itu adalah pengakuan yang kosong.
Masih banyak yang salah tafsir kaitannya akhlak dan agama, aku punya sahabat yang beragama lain, tapi aku gak ada urusan sama agama orang ya.. Bagiku yang penting orang itu baik dan berguna untuk sesama, apapun agama atau kepercayaannya maka aku menganggapnya, berakhlaq... Dan menurutku memilih untuk tidak beragama itu lebih baik daripada beragama tapi tidak berakhlak.. dan pilihan yang terbaik adalah beragama dan berakhlak.. Ta’awanu ‘alal birri wattaqwa…
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Budayakan berkomentar ヽ(^。^)ノ