Sebelum bergabung dengan ikhwanul muslimin, Sayyid Qutb pernah merasakan dalamnya perasaan cinta. Suatu waktu, ia mencintai seorang gadis mesir yang cantik akhlaq dan raganya. Sayyid Qutbberjanji
akan menikahinya kelak, saat ia benar benar merasa siap. Tetapi, saat
itu sang gadis bukanlah orang yang senang menunggu, dalam penantiannya,
gadis mesir itu telah memiliki dua hati. Ada lelaki lain yang juga
mencintai kesucian akhlaqnya.
Sepulang
Sayyid Qutb dari rantauannya menuntut ilmu, dan ia merasa telah siap
untuk menikahi sang gadis, ia terkejut ketika sang gadis meminta maaf
pada Sayyid Qutb atas kecerobohannya dalam menunggu.
Sang gadis akui ksalahannya. ia masih berhasrat untuk hidup selamanya
dengan sayyid qutb. Memohon mohon agar Sayyid Qutb tak meninggalkannya. Tetapi sebagai seorang pria “kedua” dan sebagai lelaki yang menghormati makna kesucian, Sayyid Qutb terlanjur
sakit hati, ia segera meninggalkan jiwa sang gadis mesir. Ia pergi
sejauh jauhnya dari hadapan sang gadis. Selama bertahun tahun Sayyid Qutb terperangkap dalam kegalauan. Ia menyendiri dalam kesakitannya.
Ah., tapi waktu bukanlah patokan untuk mengukur kadar kecintaan seseorang, Sayyid Qutb sadar
bahwa tak ada wanita lain yang ia cinta selain sang gadis mesir
tersebut. Dalam kesakitannya, ia mencoba bangkit, besarnya kerinduan
pada sang gadis membantunya menyegarkan hati yang luka. Ia pun kembali,
kembali menemui sang gadis untuk melamarnya. Tetapi malang untuk Sayyid qutb, ditengah geloranya untuk menutupi luka hati, Sayyid qutb ditolak
sang gadis, kenyataan pait kembali harus ditelannya, sang gadis
sekarang telah menikahi lelaki yang dulu mencintainya. Ya., lelaki itu.
Entah apa yang dirasakan Sayyid qutb saat
itu, bagaimana perasaannya saat menghadapi kenyataan yang tak seindah
apa yang ada dalam impiannya. Tapi, kita bisa sedikit mengintip perasaan
sayyid qutb saat membaca novelnya yang berjudul Asywak (duri dalam
jiwa), kisah yang ia angkat sendiri dari perjalan cintanya, yang ia
tulis dengan puisi puisi indah sebelum ia mendekam dalam penjara. Ya..
sebelum ia memperjuangkan pergerakan islam di mesir dengan mati matian.
Dari novel tersebut, Kita bisa liat bagaimana sebuah romansa cinta yang
menyakitkan mampu membangkitkan jiwa muslimnya, sebagai inspirasinya
untuk menafsirkan al qur’an (fil zhalalil qur'an) dengan indah meski
penjara lah yang menjadi tempat menghabiskan sisa hidupnya, dan dalam
kesendiriannya.. hingga terbujur kaku di tiang gantungannya.
Berikut cuplikan novelnya yang berjudul "duri dalam jiwa",
Keterusterangan
memang sesuatu yang kadang menyakitkan, apalagi itu adalah sebuah nilai
kesucian. Namun, kesucian yang kini tertancap duri tajam akankah mampu
menggoyahkan sendi-sendi kebahagian? Akankah seorang lelaki bersabar dan
setia menghadapi kenyataan, bahwa sang kekasih telah tertoreh luka
karena duri tajam? Sementara, sang wanita yang telah terluka dicekam
ketakutan seolah malam persembahan kesucian adalah saat kiamat tiba.
Hidup
dalam mimpi telah memperbesar khayalan, dan makhluk inilah yang menjadi
teman hidup. Terbebas atau terpenjara oleh mimpi mungkin tidak penting,
karena yang terpenting sang lelaki telah tahu apa makna duri yang
tersembunyi di tengah jiwa. Duri yang ketika menancap dijiwa memang
menyakitkan, tetapi seiring waktu merambat, kehadirannya justru membuat
hidup menjadi berharga, setidaknya untuk direnungkan dan digali mutiara
intan berlian kekayaan batinnya.
*******************************************************************************************************
Kerinduan...selalu
membuat kehagiaan. Kerinduan itu pulalah yang membuat sepasang kaki
seolah berlomba, bergerak bagai mesin bergantian. Karenanya, jantung pun
terus memompa rindu, harapan keluar masuk melalui jaringan darah,
hingga sekujur tubuh menjadi hidup dan bersemangat. Impian juga
menyelimuti hati dan raga, menggerakkan jasad untuk membangun sebuah
rumah mungil yang selalu dirindukan, menjalani hari-hari dengan
khayalan, dan hidup dalam mimpi-mimpi ini seperti hidup dalam kenyataan.
Tapi khayalan pulalah yang membuat kita tenggelam, karena terkadang
tidak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan. Lantas, apa bedanya
khayalan dan kenyataan bila masing-masing ditanggapi dengan hati dan
pikiran, serta meninggalkan bekas dalam jiwa dan kehidupan? Apa bedanya
antara mimpi dan kenyataan, bila masing-masing merupakan khayalan yang
lewat, yang memberikan bayangannya pada jiwa, lalu beberapa saat
kemudian bersembunyi dari alam indera?
Kenyataan
yang ada, sang kekasih telah tergores luka tajam. Ia tertusuk, sadar
telah terbangun dan kehilangan mimpi bersama bidadari yang dituntun
dengan kedua mata terpejam menuju tempat tinggal penuh keindahan.
Seorang bidadari yang sejak perjumpaan pertama telah membuatnya
terpesona dan mabuk kepayang. Karena sang bidadari itu pulalah ia
mempersiapkan raga dan seluruh perasaan demi menyongsong hari yang
dijanjikan, hidup bersamanya untuk mempersembahkan gairahnya dalam
sebuah rumah tangga yang disahkan agama.
Ia
membayangkan dirinya di saat-saat tidak lagi hidup di bumi dan hanya
merasa bahwa kehidupan adalah semata-mata impian yang membahagiakan.
Impian itu kadang berupa lagu merdu yang penuh rahasia, menggemuruhkan
hati, menggerakkan pikiran, dan membangkitkan kemabukan, impian,
kerinduan, dan keluluhan dalam perasaan. Ia telah mencintai gadis itu
yang selalu menyanyi dengan tangan dan hati, dengan urat syaraf dan
paras muka yang segar. Gadis itu adalah lagu itu sendiri dalam bentuk
nyata sebelum akhirnya duri-duri pun muncul mengganggu. Lagu itu
pelan-pelan merayap ke dalam dirinya dan dengan halus nada-nada lembut
pun tumpah dalam syarafnya. Diri menjadi tenang dan syarafnya lega. Ia
terlena, mabuk, lalu melayang-layang di angkasa rasa yang jernih.
Namun,
kenyataan kadang terpisah dengan khayalan, tapi itu menjelma pada dalam
diri bidadarinya. Ya! Ia adalah bidadari, sekaligus ibu, ibu yang kelak
dari rahimnya terlahir si kecil dengan selimut kasih sayang. Sang
bidadari kemudian membungkuk dengan penuh kasih lalu mengangkat si kecil
ke dalam dekapannya dengan lembut, menepuk-nepuk punggungnya dan menuju
ke ranjang dengan pelan. Kemudian terpampanglah pemandangan yang
mempesona yang belum pernah terlihat selama hidupnya, kecantikan yang
terpancar dalam wajah rupawan, pandangan penuh kasih dalam dua mata
penuh pesona, gerakan lemah dalam anggota tubuh yang matang, dan ciuman
panjang dari dua bibir yang menggoda. Ah...ia memang bidadari, karena
hanya bidadarilah yang memiliki sifat-sifat keibuan yang sempurna
Saat
rembulan menyuguhkan hidangan malamnya, ia merasa ada semacam kesucian
pada sang gadis. Namun, saat terlontar pikiran seperti itu, terkadang
kedukaan yang begitu berat dan kebisuan menusuk-nusuk, menyedihkan. Ia
lalu mematikan lampu, dan menuju tempat tidur sambil mencoba menahan air
mata sebisa mungkin. Ketika berbaring, air mata itu bergerak, menerobos
kelopak mata, menuju ke pipi, ke bantal dan membasahi sarung bantal dan
kapuk di dalamnya. Sang lelaki tegar pun tertidur dengan tubuh lemah.
Air mata menjadi bahasa sunyi dan wakil dari perasaan duka yang dihimpit
oleh nasib.
Saat
ia terbangun, ia mendapati dirinya berjiwa harum. Ia bangun dengan jiwa
yang jernih, seperti kejernihan seorang sufi. Haruskah ia meninggalkan
sang gadis yang telah bergulat dengan duri-duri, dan melawan masa lalu?
Bahkan, setelah itu semua, sang gadis memberikan jiwa kepadanya, tanpa
tirai atau selimut apa pun. Kerinduan itu menusuk kembali. Perasaannya
menggelora hebat dan raganya bergetar karena cinta. Segala sesuatu yang
ada pada sang gadis telah menjadi bagian dari kecintaan, disenangi
jiwanya, dan mengalirkan cinta dalam tulang sumsumnya. Sesuatu itu
diselimuti cahaya mempesona, yang memunculkan khayalan dan mimpi indah
memabukkan, hingga ia larut dalam lautan kerinduan.
Akankah
sang lelaki bebas atau terpenjara oleh mimpi? Baginya, semua itu tidak
penting. Sebab ia telah tahu apa makna duri yang tersembunyi di tengah
jiwa. Duri yang ketika menancap dijiwa memang menyakitkan, tetapi lama
kelamaan kehadirannya justru membuat hidup menjadi berharga. Setidaknya
untuk direnungkan dan digali mutiara intan berlian kekayaan batinnya,
juga kekayaan cinta yang sangat sulit dirumuskan ketinggian nilainya.
Ya...cinta memang telah membuat sang lelaki merasa kaya, dan ia merasa
cukup mensyukuri hal ini selama hari-hari bergerak menuju ujung
hidupnya.
http://sjahroel.multiply.com/journal/item/117/Romansa_cinta_Sayyid_Qutb_dibawah_naungan_Quran_aku_bercinta?replies_read=2
keren :)
BalasHapus