Puisi sederhana tentangmu, aku, 'kita', rindu, kopi dan malam yang panjang, tertuang di penghujung subuh (untukmu yang disana)
Lama kita tak bertukar kata
Berhari-hari terlewati tanpa berbagi puisi
Aku rindu kopimu
Sudah kering pekatku
Dan mungkin sudah bersarang rinduku dalam cangkir kopimu
Bagaimana bisa beristirahat
Sementara degup jantungku adalah kamu
Mata terpejam namun rindu masih terjaga
Mana mungkin rindu ini berlalu
Sementara hatiku adalah kamu
Aku takut, saat aku terlelap, bayanganmu lenyap
Biarkan, biarkan saja aku berlalu
Seperti berlalunya ranting
Entah karena digugurkan pohon
Ataupun ditiupkan angin
Dan bagaimana dengan rindumu?
Apakah tetap menggebu padaku?
Ataukah hanya menggantung di batang-batang pohon
Cepat lambat kan bertebaran jua
Hilang bersama butiran debu
Buatku, kamu adalah puisi yang tak henti berbisik dalam hati
Buatku, kamu adalah mantra yang slalu kubaca dalam jiwa
Denganmu, aku adalah penyair yang tak pernah kehabisan kata
Bersamamu, aku adalah pecandu rindu yang tak pernah jemu
Aku akan selalu merindu pada rindu yang selalu membuat mataku terjaga
Setitik cahaya menyelinap dari relung segala hati
Dan seharusnya aku tak perlu berhasrat melihat cahaya
Cahaya itu menerangi malamku
Tapi tak seharusnya aku bermalam dengan cahaya
Hampir subuh...
Kelopakku mulai mengatup
Semoga jiwa-jiwa yang merindu di tengah dinginnya malam tetap dipeluk hangat oleh Gusti Allah
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Budayakan berkomentar ヽ(^。^)ノ